Goyang Lidah di Soto Kaki Mencos

Mencos01

Salam.

Kita bertemu lagi.

Saat ini, saya mau cerita soal menu utama makanan berkuah keruh yang diisi dengan bagian dari kaki hewan. Tepatnya kaki sapi dan dibuat dengan resep khas masakan Betawi.

Apa namanya?

Ya, Soto kaki.

Tepatnya yang ada di daerah Mencos, Jakarta Pusat.

Warung soto kaki Mencos berada di jalan Percetakan Negara. Kalau dari jalan  Salemba Raya, yang berada di seberang universitas Indonesia, ada jalan masuk setelah tangga penyeberangan sebelum lampu lalu lintas dekat RS St Carolus.

Setelah belok di jalan yang disebut Salemba tengah itu, terus ikuti sampai ke pertigaan dekat taman di depan mesjid.

Dari pertigaan taman itu, lurus saja melewati mesjid, di ujung taman itulah warung soto kaki Mencos berada.

Nama mencos sendiri berasal dari nama pasar yang tak jauh dari warung itu yang posisinya “mencong” dan dikenal dengan pasar Mencos.

Setelah pasar dipindahkan, nama Mencos masih melekat dan dipakai oleh beberapa warung, termasuk warung soto kaki Mencos.

Soto kaki mencos memiliki isi utama yang khusus bagian kaki, yaitu kikil, berbeda dengan soto tangkar yang bercampur dari semua bagian tubuh sapi.

Kuah soto ini sama seperti soto betawi lainnya, diolah dengan beragam bumbu, sehingga rasanya kental dan sedap gurih.

Sebenarnya yang membuat gurih dari kuah soto itu adalah campuan susu segar. Soto khas Betawi memang selalu menggunakan susu segar sebagai pemasok rasa gurih di kuahnya.

Mencos1

 

Saya termasuk penggemar soto. Di beberapa tempat berbeda, saya sudah mencoba berbagai jenis soto dari beragam daerah, baik dengan bahan utama ayam atau sapi yang menggunakan kuah bening atau keruh.

Saya sendiri mengetahui adanya soto mencos ini secara tidak sengaja.

Kebetulan ada satu urusan di daerah Salemba tengah sampai ketika makan siang, saya mencoba mencari tempat makan.

Setelah melewati beberapa warung dan gerobak penjual makanan, saya berhenti di depan warung soto kaki Mencos.

Pertimbangan saya adalah ketika melihat ada banyak orang yang makan di sana.

Pemikiran saya sederhana saja, kalau banyak orang yang makan di sebuah warung nasi ada dua kemungkinan.

Pertama, makanannya enak dan kedua servis pelayanannya baik.

Mencos2

Saya tidak tahu kalau soto kaki Mencos ini sudah banyak dibicarakan orang di website kuliner. Saya memang tidak terbiasa mengikuti selera makan orang sebab menurut saya lidah tidak selalu sama dalam mencecap rasa.

Orang mungkin bisa mengatakan satu makanan itu enak, tapi belum tentu bagi lidah saya. Itulah mengapa saya selalu ingin menikmati makanan yang saya temui, tanpa melihat apa kata orang dengan makanan itu.

Rasa lidah tidak bisa bohong! Ungkapan itu tidaklah salah.

Saya selalu penasaran untuk mencoba setiap makanan yang saya temui, baik itu di warung pinggir jalan, di sebuah restoran atau di mal.

Rasa keingintauan itu yang membuat saya melangkah masuk ke warung soto kaki Mencos.

Warung soto ini tidaklah mewah, karena letaknya yang hanya di bahu jalan. Tetapi, sebab bangunannya melebar ke samping dan bagian depan hanya ditutup kerai bambu, jadilah angin leluasa masuk yang membuat makan di dalam warung itu boleh dibilang nyaman untuk makan.

Di meja depan yang berhadapan dengan meja makan pengunjung, terdapat etalase sajian. Di dalam etalase itu tersusun kaki sapi yang sudah bersih dan direbus. Kaki sapi itulah yang siap disajikan kepada pelanggan.

Walau sajian utama warung ini adalah soto kaki sapi, namun untuk tidak membuat jemu pengunjung, disediakan juga pilihan menu sop iga sapi.

Mencos3

 

Berhubung saya ke situ untuk mencoba menu utamanya, maka saya memesan seporsi soto kaki sapi.

Waktu pelayanan dari saya mulai memesan sampai soto disajikan di depan meja saya tidak lebih dari sepuluh menit.

Hal ini mengingat kesiapan bahan utama, yaitu kaki sapi yang sudah terpotong dan tinggal diguyur kuah soto saja.

Secara penampakan soto kaki yang tersedia di mangkuk tidak berbeda dengan soto Betawi lainnya. Kuahnya tidak bening, melainkan kuning berminyak.

Di dalam kuah yang berisi bagian kaki berbentuk kikil, terdapat potongan kentang yang ditaburi remukan emping plus kerupuk warna.

Penambahan kerupuk warna ini yang membedakan soto kaki Mencos dengan soto Betawi lainnya yang pernah saya makan.

Saya melihat penampakan soto di mangkuk sambil menambahkan sambel, lalu acar ke nasi. Sebelum menyuap nasi, saya mencoba sesendok kuah soto. Kuah soto yang hangat masuk ke mulut saya melewati lidah sampai ke tenggorokan.

Bumbu yang larut dalam kuah terasa pas dan gurih di lidah, membuat suapan berikutnya saling menyusul sampai nasi putih saya tandas dan kuah dimangkuk tuntas tanpa sisa.

Kalau Tuan dan Puan ingin juga menikmati seperti yang rasakan, mampirkan ke warung ini saat senggang.

Untuk seporsi soto dan sepiring nasi putih, saya harus membayar Rp 32.000.

Karena lokasinya tepat di pinggir jalan, sebenarnya tak ada tempat yang khusus untu parkir kendaraan bermotor.

Namun, berhubung jalan di depan warung tersebut tidak begitu ramai, Tuan dan Puan masih bisa parkir kendaraan di depan warung untuk menikmati soto kaki buatan H. Sarnadi itu.

Soto Kaki Khas Betawi Mencos

Jl. Percetakan Negara, Jakarta Pusat

Buka setiap hari pukul 08.00-19.00 WIB

 

 

 

Tinggalkan komentar